Polarisasi
perambatan gelombang mikro yang
dipancarkan oleh Radar akan memiliki pola rambatan tertentu. Pola rambatan ini
disebut dengan Polarisasi. Ada dua :bentuk polarisasi yaitu :
Monostatic : HH, VV (Single Poll)
Bistatic : HV, VH (Dual Poll)
Polarisasi
: mengacu pada orientasi medan listrik dalam gelombang elektromagnetik
Fitur di aplikasi ASF Map
Ready 3.1.24
General Tab
Import Data, Run External
Program, Polarimetry (only for quad-ol SLC data), Terrain Correct (with DEM),
Geocode to a Map Projection, Export to a Graphies File Format
Calibration Tab
: Select Radiometry : Amplitudo
Data SAR pada umumnya mencerminkan
intensitas atau Amplitudo, Nilai Sigma, Beta, Gamma menunjukkan proyeksi yang
berbeda
External Tab
: External Program : None, Ground to Slant, Slant to Ground, Resample,
Smooth, Trip, Map Grid
Polarimetry Tab
Pauli
Decompotition HH-VV, HV+VH, HH+VV
Sinclair
Decompotition HH, (HV+VH)/2, VV
Claude
Pottier (classification 8 categories)
Claude
Pottier (classification 16 categories)
Entropy,
Anisotropy, Alpha (Є-P without classification)
Freeman-Durden,
double bounce, canopy layer, rough surface
Semua
dekomposisi polarimetric membutuhkan data SLC kecuali Sinclair
1. Dekomposisi
Pauli : Dihitung dari input data menggunakan
rumus
Red
[HH-VV] – Even bounce
Green
[HV +VH] – Rotated bounce
Blue
[HH +VV] – Add bounce
Menggunakan
dekomposisi Pauli untuk memvisualisasikan data untuk melihat mekanisme hamburan
dominan di berbagai area scene. Misal, area dengan bangunan (even bounce akan
mendominasi) akan terlihat kemerahan
Dekomposisi
ditunjukan untuk mengetahui perbedaan mekanisme hamburan dan sifat fisik objek
2. Dekomposisi
Sinclair : adalah dekomposisi sederhana yang
menggabungkan keempat polarisasi ke dalam citra RGB tunggal dengan cara
sederhana yang tidak memerlukan data kompleks. Channel hijau (Green)
adalah hasil rata-rata polarisasi bistatic, yang secara teori sama,
tetapi mungkin berbeda karena efek noise. Ini berarti Sinclair tidak
membutuhkan data SLC (Level 1.1), tetapi langsung bisa memakai data quad poll
(Level 1,5)
3. Dekomposisi
Cloude Pottier : Skema klasifikasi Cloude Pottier
menghasilkan data yang dikategorikan ke dalam 8 atau 16 kelas. Klasifikasi ini
didasarkan pada 3 parameter dari 4 band kompleks setiap piksel,
parameter-parameter ini dihitung dari matrik kovarian koherensinya.
a. Entropy
(H), parameter yang menunjukan tingkat keacakan hamburan suatu objek. Bernilai
antara 1~0. H=0 mengindikasikan single scattering mechanism dan H=1
mengindikasikan random mixture scattering. Contoh, laut memiliki tingkat
keacakan yang rendah.
b. Alpha
angle (α), menunjukkan tipe hamburan yang paling dominan berdasarkan sudut
pantul hamburannya. α = 0 surface scattering, α = 45° dipole/volume
scattering, α=90° multiple scattering/dihedral reflector.
c. Anisotropy
(A), memberikan informasi lebih lanjut mengenai banyaknya hamburan. Bernilai
0≤A≤1 dimana A≤1 menunjukkan azimuthal symmetry surface dan A>0 mengindikasikan
peningkatan jumlah Anisotropy hamburan.
4. Dekomposisi Freeman Durden : pendekatan berbasis model, hasil hampir sama dengan Pauli.
Mengkombinasikan mekanisme hamburan : Double bounce ke red, volume (canopy)
ke green dan rough surface ke blue.
Hamburan/backscatter
Hamburan balik
atau backscatter merupakan gelombang yang dipantulkan dan diterima kembali oleh
sensor. Ukuran kualitatif dari intensitas energi yang dipantulkan kembali oleh
objek ke sensor dinyatakan dengan koefisien backscatter, nilai dari koefisien
backscatter ini dipengaruhi oleh karakteristik Faktor utama yang mempengaruhi
besarnya nilai backscatter adalah ukuran geometri dan sifat khas elektrik
objek. Hamburan balik pada RADAR banyak dipengaruhi oleh karakteristik
permukaan, menurut Pottier dan Ferro-Famil (2004) terdapat tiga mekanisme
hamburan dasar yang merepresentasikan karakteristik permukaan dan
divisualisasikan pada gambar, yaitu:
A. Volume
(canopy) scattering adalah hamburan yang
berkaitan dengan hamburan acak total, gelombang yang terhambur adalah gelombang
yang sepenuhnya tidak terpolarisasi.
B. Double
bounce scattering adalah hamburan dari
pemantul sudut dihedral, seperti hamburan tanah dengan cabang pohon dimana
permukaan pemantul dari bahan dielektrik yang berbeda.
C. Surface
scattering adalah hamburan tunggal dapat terjadi
dari permukaan datar sehingga tidak ada pemantul lain.
Terrain Correction
DEM (opsional) tapi lebih
baik digunakan untuk meningkatkan data SAR. Untuk mengkoreksi distorsi yang
disebabkan oleh Geometri SAR
Geocode
: Sebagai bagian dari transformasi dari geometri SAR ke ruang yang
diproyeksikan ke peta, perlu di resample menggunakan pendekatan
interpolasi.
Nearest Neighbour : interpolasi paling cepat
Bilinier : mengambil 4 piksel
tetangga
Bikubik : mengambil 6 piksel
tetangga dan hasilnya paling akurat
Sumber : ASF MapReady
Manual Book
0 comments:
Post a Comment