Tadi, sehabis pulang kuliah, saya dikejutkan dengan suara ketukan pintu lirih. Saya kira itu tetangga kos yang mau minjem shampoo atau temen kampus yang mau numpang wifi gratis. Ternyata dibalik pintu itu adalah seorang ibu dengan wajah terbasuh keringat, kelelahan tapi tetap tersenyum tipis kepada saya.
Lalu saya bertanya,
"Ada apa ya bu?"
"Ini dek, ibu mau jual jajan" jawab si ibu sambil menunjukkan isi tasnya
"Kok bisa jualan sampai kesini bu?"
"Iya, ibu jualan deket sini, rumah ibu di deket Gombel"
"Suami ibu tidak kerja?"
"Suami ibu kerja dek, jadi kuli material, tapi ngga cukup untuk biaya sehari-hari"
"Ibu punya anak?"
"iya punya, ibu punya anak 5, sekarang ibu kerja untuk biaya anak yang terakhir, yang SMA"
"Terus kakak2nya ngga ada yang bantu?"
"Kakak2nya sudah menikah dek, tapi keuangannya juga pas2an"
"Ibu jualan dari pagi?"
"ngga dek, ibu jualan dari siang, paginya ibu jadi buruh nyuci"
"oh gitu, nama ibu siapa ya?"
"Ibu Parwati"
Saya tidak tahu, entah ibu parwati berbohong atau tidak, tapi pada saat itu yang saya rasakan, setelah menanyakan banyak hal, saya langsung ingat dengan ibu saya di rumah. Bagaimana rasanya, jika ibu saya melakukan hal sama dengan ibu parwati hanya untuk biaya sekolah saya? Tapi anaknya tidak ada kerjaan dan hanya bisa menulis cerita ini. Bagaimana rasanya, jika ibu kamu melakukan hal yang sama dengan ibu parwati, tetapi kamu sendiri masih bermalas-malasan tidak mengerjakan tugas dan hanya bisa membaca tulisan ini?
N.B Harga jajanya 18k, kalau ketemu silakan dibeli :)
0 comments:
Post a Comment